Monday, 1 January 2018

Sundanese Marriage Tradition

Pernikahan adalah suatu event yang sangat sakral, karena dibutuhkan keseriusan dan niat dari dua insan yang saling mencintai. Indonesia mempunyai banyak suku tersebar di berbagai daerah dan pulau, maka adat dan cara pernikahan pun pasti berbeda beda walaupun ada kemiripan dan kesamaan. Sebenarnya yang dibutuhkan adalah ijab kabulnya saja, selebihnya hanyalah tradisi.
Maka jika memang sanggup lahir batin, tidak ada larangannya, tetapi sebaiknya tidak melakukan hal hal yang ribet atau terkesan mahal bagi kalian yang memang tidak sanggup melakukannya.
Nah, kali ini kita kan membahas Tradisi pernikahan Adat Sunda, mungkin kalian yang tinggal di pulau jawa tidak asing mendengar dan pasti pernah melihatnya beberapa kali, inilah urutan dan hal hal yang dilakukan Adat Pernikahan Sunda

                Neundeun Omong (Menyimpan Ucapan): Yaitu, Pembicaraan orang tua atau pihak Pria yang berminat mempersunting seorang gadis.
                Narosan (Lamaran) : Dilaksanakan oleh orang tua calon pengantin beserta keluarga dekat, yang merupakan awal kesepakatan untuk menjalin hubungan lebih jauh. Pada pelaksanaannya orang tua anak laki-laki biasanya sambil membawa barang-barang, seperti yaitu :
  • Lemareun, (seperti daun sirih, gambir, apu )
  • Pakaian perempuan
  • Cincin meneng
  • Beubeur tameuh (ikat pinggang sang suka dipakai kaum perempuan terutama setelah melahirkan
  • Uang yang jumlahnya 1/10 dari jumlah yang akan dibawa pada waktu seserahan
Barang-barang yang dibawa dalam pelaksanaan upacara ngalamar itu tidak lepas dari simbol dan makna seperti :
  • Sirih, bentuknya segi tiga meruncing ke bawah kalau dimakan rasanya pedas. Gambir rasanya pahit dan kesat. Apu rasanya pahit. Tapi kalau sudah menyatu rasanya jadi enak dan dapat menyehatkan tubuh dan mencegah bau mulut.
  • Cincin meneng yaitu cincin tanpa sambungan mengandung makna bahwa rasa kasih dan sayang tidak ada putusnya
  • Pakaian perempuan, mengandung makna sebagai tanda mulainya tanggung jawab dari pihak laki-laki kepada perempuan
  • Beubeur tameuh, mengandung makna sebagai tanda adanya ikatan lahir dan batin antara kedua belah pihak
Tunangan : Pada tunangan dilakukan patukeur beubeur tameuh, yaitu penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos pada si gadis.
Seserahan : Dilakukan 3-7 hari sebelum pernikahan, yaitu calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan dan lainnya.
Pada hari yang telah ditetapkan oleh kedua keluarga calon pengantin. Rombongan keluarga calon pengantin Pria datang ke kediaman calon pengantin perempuan. Selain membawa mas kawin, biasanya juga membawa peralatan dapur, perabotan kamar tidur, kayu bakar, gentong (gerabah untuk menyimpan beras). Di daerah Priangan, susunan acara upacara akad nikah biasanya sebagai berikut:
  • Pembukaan:
  1. Penyambutan calon pengantin Pria, dalam acara ini biasanya dilaksanan upacara mapag.
  2. Mengalungkan untaian bunga melati
  3. Gunting pita
  • Penyerahan calon Pengantin Pria:
  1. Yang mewakili pemasrahan calon pengantin pria biasanya adalah orang yang dituakan dan ahli berpidato.
  2. Yang menerima dari perwakilan wanita juga diwakilkan
  • Akad Nikah:
  1. Biasanya diserahkan pada KUA
  2. Pada hari pernikahan, calon pengantin pria beserta para pengiring menuju kediaman calon pengantin wanita, disambut acara Mapag Penganten yang dipimpin oleh penari yang disebut Mang Lengser. Calon mempelai pria disambut oleh ibu calon mempelai wanita dengan mengalungkan rangkaian bunga. Selanjutnya upacara nikah sesuai agama dan dilanjutkan dengan sungkeman dan sawer.

Dan masih banyak versi lainnya untuk setelah saweran, bahkan terkadang ada sedikit atau bahkan banyak modifikasi agar mengurangi biaya ataupun waktu, ataupun bisa juga dari kedua belah pihak yang tidak ingin ribet.


Gie, A movie about Soe Hok Gie

GIE adalah sebuah Film tahun 2005 yang menceritakan kisah hidup seorang tokoh bernama Soe Hok Gie, mahasiswa Universitas Indonesia yang aktif sebagai demonstran dan pecinta alam.

Gie dibesarkan di sebuah keluarga keturunan Tionghoa yang tidak kaya dan berada di kawasan Jakarta, dalam film ini diceritakan bahwa dari kecilpun ia adalah seseorang yang berani dan tak malu untuk berbicara atau mengungkapkan pendapat, bahkan ada satu scene dimana ia menanyakan sesuatu yang dianggap belagu oleh gurunya, maka dari itu dia mendapatkan nilai yang rendah dikarenakan kebencian sang guru terhadap sikap/ pendapat Gie.

Di dunia perkuliahan, ia pun didengar dan dipercayai oleh banyak mahasiswa karena kata – katanya dan aktifnya ia dalam demo terhadap pemerintahan.

Dalam Film ini tidak lah sepenuhnya benar, karena ada scene dan tokoh fiksi yang bertujuan untuk memperindah/ mendramatisir film ini, tetapi itu tidak menentang atau mengganggu cerita kehidupan asli Soe Hok Gie.


Overall, film ini HARUS ditonton karena mudah dimengerti dan ia adalah sebuah tokoh yang patut di ikuti keberaniannya. Soe Hok Gie meninggal di Gunung Semeru dikarenakan menghirup gas beracun, ia meninggal tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke 27.